Lampung Timur, Titikmonitor.com – 11/12/ 2025 . Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang merupakan benteng terakhir bagi Gajah dan Harimau Sumatra kini berada di ambang perubahan. Rencana pihak Balai TNWK untuk merevisi zona inti hutan—yang diindikasikan akan diubah menjadi objek wisata internasional—telah memicu gelombang penolakan keras dari para tokoh adat dan masyarakat setempat.
Mereka menilai, langkah ini adalah ancaman serius yang merobek nilai-nilai konservasi, kultural, dan ekologis demi kepentingan bisnis pariwisata.
Ancaman di Balik "Rehabilitasi" dan "Wisata Internasional"
Salah satu pengelola rencana perubahan zona inti, yang enggan disebutkan namanya, membenarkan adanya rencana tersebut saat dikonfirmasi. Ia menyebutkan dua tujuan utama: rehabilitasi hutan yang gundul dan menjadikannya objek wisata internasional.
Namun, bagi masyarakat adat, dua tujuan ini adalah kontradiksi yang mengkhawatirkan.
Nilai Kultural Terancam: TNWK bagi masyarakat adat adalah Ruang Hidup, bukan sekadar aset konservasi. Ia menyimpan sejarah panjang, nilai spiritual, dan harmoni antara manusia dan alam. Perubahan zona dilihat sebagai upaya mencabut akar budaya yang selama ini menjaga kawasan tersebut.
Risiko Ekologis: Masyarakat dan tokoh adat khawatir bahwa rencana pembukaan wisata berskala internasional di zona inti—yang masih alami—akan memicu kerusakan ekosistem secara luas, meningkatkan alih fungsi lahan, dan pada akhirnya melemahkan upaya konservasi.
Benteng Terakhir Habitat Satwa Langka Digadaikan
Penolakan ini didasarkan pada kekhawatiran nyata akan nasib satwa kunci di TNWK. Para tokoh adat menekankan bahwa zona inti yang hendak diubah adalah benteng terakhir yang stabil dan aman bagi populasi Gajah Sumatra dan Harimau Sumatra yang terancam punah.
"Kami menolak keras atas apa yang direncanakan oleh Kepala Balai TNWK," tegas Taufan Jaya Negara, Gelar Pangeran Gumatti Rajo, seorang wakil penyimbang adat sekaligus Sekretaris LSM GMBI Distrik Lampung Timur.
"Kami menerima informasi bahwa Balai TNWK bertujuan merubah zona inti dan akan dikelola untuk dijadikan taman wisata internasional. Kegiatan ini secara otomatis akan menimbulkan kerusakan ekosistem secara luas di hutan inti TNWK, yang kondisinya saat ini masih terjaga keasliannya serta masih alami."
Taufan menambahkan bahwa gangguan sekecil apa pun terhadap habitat di zona inti dipercaya akan memicu meningkatnya konflik satwa-manusia di daerah penyangga.
Desakan untuk Meninjau Ulang dan Mengutamakan Keberlanjutan
Melalui pernyataan bersama, tokoh adat dari Kampung Labuhan Ratu dan Kampung Raja Basa Lama mendesak keras Pemerintah dan pihak berwenang untuk meninjau ulang dan membatalkan rencana perubahan zona yang sarat kepentingan bisnis ini.
Mereka menuntut agar proses pengambilan kebijakan tentang TNWK didasarkan pada kepentingan ekologis, nilai budaya, dan prinsip keberlanjutan konservasi, bukan didikte oleh kepentingan para pebisnis pariwisata yang berpotensi merusak.
Penolakan ini adalah sinyal tegas: Way Kambas tidak boleh menjadi komoditas wisata, melainkan harus tetap menjadi prioritas utama konservasi. (Amir)

إرسال تعليق